Rabu, 26 Oktober 2016

Riau Smart City (RSC): Ekowisata Bahari Berbasis Crowdfunding dengan Media Promosi Augmented Reality

Riau Smart City (RSC): Ekowisata Bahari Berbasis Crowdfunding dengan Media Promosi Augmented Reality - Idealimka
Riau Smart City (RSC)
Pembangunan sektor kepariwisataan di Indonesia sangatlah penting. Selain mendatangkan keuntungan bagi Negara, sektor pariwisata memiliki peran kolektif karena dapat memacu pertumbuhan bisnis transportasi, restoran, hotel, hiburan, dll. Menurut Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) Tahun 2010-2025, Pembangunan adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik yang didalamnya meliputi upaya-upaya perencanaan, implementasi, dan pengendalian dalam rangka penciptaan nilai tambah sesuai yang dikehendaki. Oleh karena itu, setiap daerah yang di Indonesia gencar melakukan pembangunan pada sektor pariwisata, misalnya saja Provinsi Kepulauan Riau yang mengembangkan sektor pariwisata baharinya.

Provinsi Kepulauan Riau memiliki lima kabupaten dan dua kota diantaranya Kabupaten Karimun, Kabupaten Bintan, Kabupaten Anambas, Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna, Kota Batam dan Kota Tanjung Pinang. Masing-masing daerah tersebut memiliki destinasi pariwisata bahari yang berbeda-beda. Namun, dalam mengembangkan daerahnya masih dilakukan oleh intansi pemerintah dan swasta (Gunawan dkk, 2013). Padahal untuk membangun sektor tersebut, perlu usaha kerjasama pada semua lapisan masyarakat. Apalagi jika pihak swasta yang mendominasi saham wisata bahari, dapat merugikan Indonesia dan mengganggu kedaulatn Negara.

Persoalan minimnya bantuan masyarakat untuk pengembangan wisata bahari sebenarnya ada, tetapi mereka tidak memiliki wadah dan kurangnya manajemen pengelolaan dana untuk sarana prasarana penunjang. Selain persoalan wadah, terdapat faktor lain yang juga mempengaruhi sektor pariwisata yaitu media promosi. Saat ini media promosi yang dilakukan masih konvensional yaitu menggunakan surat kabar, website, televisi, dll. Ketiga masalah ini yaitu sarana, prasarana, dan media promosi sangatlah penting. Hal ini telah dijelaskan dalam penelitian (Tiara dkk, 2013) yang berjudul “Analisis Potensi Pariwisata Di Pulau Karimun Provinsi Kepulauan Riau” bahwa pengembangan yang baik dilakukan yaitu media promosi, sarana, dan prasarana penunjang pariwisata.

Pada saat yang bersamaan, dunia teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini karena teknologi telah masuk dalam kebutuhan manusia. Beberapa teknologi saat ini, juga dapat diterapkan dalam pengembangan pariwisata misalnya saja crowdfunding dan augmented reality. Crowdfunding adalah metode penggalangan dana online secara kolektifMenurut Abdul Rachman Pambudi (2014) menyatakan bahwa crowdfunding menjadi alternatif penggalangan dana yang semakin diminati masyarakat. Selain itu, menurut George Deeb dalam tulisannya tentang 20 Digital Trends For 2015, pada poin ke-19 tidak ada hal yang lebih mudah untuk mendapatkan dana selain crowdfunding. Jadi pengembangan pariwisata bahari dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat dan tidak bergantung lagi dengan pemerintah dan swasta.

Selain crowdfunding, teknologi augmented reality juga dapat diterapkan untuk pengembangan pariwisata bahari. Menurut Lazuardy (2012) mengatakan bahwa augmented reality merupakan penggabungan antara dunia maya dan dunia nyata yang sangat baik dan sangat berpengaruh pada brand awareness bagi sebuah produk, sehingga meningkatkan angka penjualan dari produk tersebut. Di Indonesia, penggunaan augmented reality masih sangat minim. Selain promosi produk, teknologi augmented reality juga dapat diintegrasikan ke sektor pariwisata bahari. Penggunaan augmented reality dalam mempromosikan wisata bahari menimbulkan kesan menarik karena memiliki fitur virtual edukasi, sehingga menampilkan informasi yang sangat menarik.

Penerapan crowdfunding dan augmented reality merupakan solusi inovasi pengembangan wisata bahari di Kepulauan Riau. Prospek wisata bahari yang baik di Kepulauan Riau, menjadikannya target investor asing yang ujungnya dapat merugikan negara dapat diatasi dengan adanya wadah crowdfunding. Selain itu, penggunaan augmented reality dalam mempromosikan tempat wisata di Kepulauan Riau akan meningatkan pengunjung/turis karena teknologi ini sudah berkembanga diluar negeri dan masih awam di Indonesia. Dengan penerapan kedua teknologi tersebut, dapat menjadikan Kepulauan Riau menjadi smart city sehingga menghasilkan jumlah pengunjung/turis yang banyak dan dampak positif untuk Indonesia.

REFRENSI

  • Deeb, George. 2015. 20 Digital Trends For 2015 (online). http://www.forbes.com/sites/georgedeeb/2015/01/16/the-top-20-digital-trends-of-2015/.
  • Gunawan, Ricky Hendra, Khodijah, Tengku Said Reza. 2013. Indeks Kerentanan Kawasan Wisata Bahari Berbasis Masyarakat Desa Malangrapat Kabupaten Bintan Kepulauan Riau. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
  • Lazuardy, Senja. 2012. Augmented Reality: Masa Depan Interaktivitas. http://tekno.kompas.com/read/2012/04/09/12354384/augmented.reality.masa.depan.interaktivitas
  • Pambudi, Abdul Rachman. 2014. Analisis Pengembangan Situs Crowdfunding Sebagai Media Penghubung Alumni Dan Civitas Akademika Di Lingkungan Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Skripsi di Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik  Universitas Negeri Yogyakarta.
  • Peraturan Pemerintah Republik Indonesa No 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025
  • Tiara, T. Putri, Darsiharjo. 2013. Analisis Potensi Pariwisata di Pulau Karimun Provinsi Kepulauan Riau. Seminar Nasional Pendayagunaan Informasi Geospatial. ISBN: 978-979-636-152-6. Universitas Pendidikan Indonesia

      Artikel Terkait

      Riau Smart City (RSC): Ekowisata Bahari Berbasis Crowdfunding dengan Media Promosi Augmented Reality
      4/ 5
      Oleh

      Berlangganan

      Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email