Selasa, 22 November 2016

Latar Belakang: Museum Kusut (Kupu-Kupu VS Ulat Sutra)

IDEALIMKA - Postingan ini merupakan salah satu proposal yang saya ajukan dalam kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diadakan oleh KEMENRISTEK DIKTI. Proposal ini saya ajukan pada tahun 2014 dan tidak lolos pendanaan. Akan tetapi, menurut saya layak untuk di publish karena ide ini masih layak untuk di realisasikan sebab gedung yang menjadi sasaran dalam proposal ini masih tidak terpakai. Harapan saya adalah semoga dari pihak pemerintah dapat membaca postingan ini dan menjadikannya saran untuk perbaikan gedung tersebut.
Museum Kusut (Kupu-Kupu VS Ulat Sutra) "Pemanfaatan Gudang Terbuka Berbasis Eko - Edu Wisata di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo - Muhammad Alimka
Potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia menjadikan Indonesia sebagai negara yang subur dengan beraneka ragam flora dan fauna yang dapat tumbuh dan berkembang di berbagai pulau. Sebagai negara agraris, sebagian besar masyarakat Indonesia menjadikan sumber pendapatan daerahnya melalui ragam flora dan fauna lokal yang ada. Salah satu daerah yang memanfaatkan potensi ini yakni Kabupaten Wajo. Kab. Wajo adalah salah satu daerah di provinsi Sulawesi selatan yang menurut Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial merupakan penghasil benang sutera terbanyak di Indonesia. 

Sebelum proses pembuatan benang sutera, terdapat keadaan yang dilematis yang dialami oleh masyarakat sekitar. Mereka bingung untuk memilih menjadikannya kupu-kupu atau kepompong. Jika kupu-kupu dipilih, maka persediaan benang sutera akan berkurang dan perlu waktu yang lama untuk menetralkan persediaan. Begitupun jika kepompong yang dipilih, maka kupu-kupu sebagai penghasil kepompong akan berkurang dan akan mengakibatkan punahnya hewan tersebut. Jika masalah ini terus berlanjut, maka habitat kupu-kupu akan tidak seimbang, padahal masalah ini dapat di atasi dengan pemberian materi yang bersifat edukasi.

Meningkatnya pengetahuan masyarakat sekitar dalam memilih sebuah pilihan dinilai sangat perlu untuk sumber pendapatan daerah. Namun, pemberian edukasi bagi masyarakat masih kurang dan hanya sekedar bersosialisasi saja. Hal ini terjadi di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo. Sebuah Kecamatan yang menurut Badan Pusat Statistik (2010) mempunyai jumlah penduduk sekitar 52.786 jiwa yang terbanyak di Kab. Wajo. Selain itu, daerah tersebut merupakan daerah sentral Kab. Wajo yang setiap harinya sering dipadati oleh masyarakat luar Kecamatan Tempe. 

Sebagai pusat kabupaten, maka perlu adanya sebuah tempat informasi yang bersifat edukasi. Menurut Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia (2009) Salah satu asset budaya yang menjadi daya tarik wisata adalah Museum. Museum sebagai asset budaya dan wisata tidak hanya memamerkan benda peninggalan sejarah melainkan juga sarana edukasi melalui bentuk interpretasi sebuah produk yang bernilai ekonomis nan efektif bagi suatu daerah. Maka penulis memberikan sebuah gagasan solutif yakni dengan menggabungkan antara dunia wisata, ekonomi, dan edukasi.

Museum Kusut (Kupu-kupu Vs. Ulat Sutera) merupakan salah satu wisata di Kab. Wajo yang nantinya diharapkan dapat memberikan nilai ekonomis dan edukasi bagi masyarakat. Di dalam museum ini nantinya masyarakat dapat melihat 2 proses industri antara kupu-kupu dan ulat sutera dalam pengelolaannya menjadi produk ekonomis nan efektif, sehingga masyarakat dapat mengerti untuk menentukan pilihan dalam usaha industri. Selain itu, museum kusut juga dapat memberikan sumbangan bagi khazanah ilmu pengetahuan terutama pelajar dan mahasiswa.

Artikel Terkait

Latar Belakang: Museum Kusut (Kupu-Kupu VS Ulat Sutra)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email