Selasa, 01 November 2016

Pentingnya Budaya Lokal dalam Perkoperasin

Pentingnya Budaya Lokal dalam Perkoperasin - Idealimka
Berkembangnya sebuah negara tentu tidak terlepas dari keadaan ekonomi sebuah Negara.  Kondisi masyarakat yang makmur dan sejahtera dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi sebuah Negara. Indonesia yang masih berstatus Negara berkembang tentu, akan memikirkan segala cara untuk merubah statusnya menjadi Negara maju dengan kondisi masyarakat yang makmur dan sejahtera. Dalam usaha menjadikan Negara maju, sesungguhnya koperasi mendapatkan peluang untuk menjadi bagian penting dalam pertumbuhan ekonomi serta menjadikan Indonesia sebagai Negara maju. Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam Pasal 33 UUD 1945, secara eksplisit dijelasjkan bahwa koperasi merupakan bangun perusahaan yang sesuai bagi perekonomian Indonesia.

Koperasi merupakan gerakan  ekonomi  rakyat yang sangat kuat kedudukannya dan bertujuan  untuk  meningkatkan  kesejahteraan masyarakat  dengan  melandaskan  kegiataannya  pada  prinsip-prinsip  Koperasi.  Dalam gerakan tersebut, koperasi dilaksanakan atas dasar ekonomi, di mana perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan  kerja  sama  antar  anggotanya dalam mewujudkan  tujuan  utamanya,  yaitu  meningkatkan kesejahteraan  para  anggotanya  dan  kemakmuran masyarakat.

Untuk mencapai tujuan koperasi saat ini sangatlah sulit karena realita yang ada sekarang. Banyak aturan ekonomi yang dibuat ternyata merugikan kehidupan perkoperasian begitu juga dengan sumber daya manusia yang ada dalam mengelola dan mengurus koperasi yang tidak professional dan tidak melaksanakan nilai-nilai koperasi seperti keterbukaan, demokrasi, partisipasi, kemandirian, pendidikan, kerjasama, dan kepedulian terhadap masyarakat.

Permasalahan pertama, adanya pemikiran yang berkecenderungan negatif dan yang dibentuk oleh belenggu keyakinan keliru yang dalam ilmu psikologi disebut limiting belive. Pemikiran itu muncul karena adanya beberapa kasus yang ada di Indonesia terkait dengan masalah koperasi diantaranya kasus korupsi Sisminbakum pada tahun 2010, kasus kospin (koperasi simpan pinjam) di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, kasus koperasi sumber insan mandiri (SIM).

Permasalahan kedua, masyarakat cenderung sulit untuk menyadari berkoperasi, terutama anak-anak muda. Kesadaran yang masih lemah tersebut bisa disebabkan kurang menariknya koperasi di Indonesia untuk di jadikan sebagai suatu usaha bersama. Walaupun di beberapa sekolah di Indonesia telah memiliki oraganisasi koperasi. Tetapi pemuda lebih suka berkegiatan diluar dari pada menghabiskan waktu didalam koperasi yang bagi pemuda bersifat “kuno”. Selain itu, masalah tersebut di perparah karena kurangnya program regenerasi bagi kader-kader koperasi dalam hal pendidikan khususnya sosialisasi, seminar, dan workshop.

Kasus di atas merupakan contoh citra yang kurang baik bagi koperasi di usianya yang sudah berumur 67 Tahun. Menurut Subyakto dalam Arman D. Hutasuhut kendala yang sangat mendasar dalam pemberdayaan koperasi dan usaha kecil adalah sumber daya manusia. Oleh karena itu, agar dapat mewujudkan koperasi sebagai pilar utama pembangunan ekonomi hal yang harus dilakukan adalah memperbaiki generasi muda yang akan meneruskan perjuangan ekonomi bangsa ini. Perlu diketahui bahwa budaya lokal saat ini seolah mulai hilang dari kebudayaan dari suatu daerah. Padahal banyak nilai-nilai budaya lokal yang seharunya dapat diterapkan guna memperbaiki karakter generasi muda.

Artikel Terkait

Pentingnya Budaya Lokal dalam Perkoperasin
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email